Menilik Kisah Perusahaan Evergrande, Dulu Untung 16 Triliun Kini Utang 5000 Triliun

TAKARANEWS – Evergrande, perusahaan properti China, telah mengalami perubahan drastis dalam tiga tahun terakhir, dari mendapatkan keuntungan menjadi menghadapi kerugian besar.

Pada tahun 2020, Evergrande masih meraih laba yang signifikan dari bisnisnya, dengan laba bersih sebesar 8,1 miliar yuan (sekitar Rp 16,9 triliun). Namun, situasi berubah drastis pada tahun berikutnya. Dalam laporan tahunan untuk 2021 dan 2022, perusahaan ini mencatatkan kerugian bersih gabungan sebesar US$ 81 miliar (sekitar Rp 1.215 triliun), yang merupakan kerugian besar.

Auditor Prism Hong Kong dan Shanghai belum mengeluarkan kesimpulan atas laporan ini karena ketidakpastian mengenai kelangsungan bisnis perusahaan, termasuk masalah arus kas di masa depan.

Evergrande menyatakan bahwa kemampuannya untuk bertahan tergantung pada keberhasilan implementasi rencana restrukturisasi utang luar negeri dan kesuksesan negosiasi dengan pemberi pinjaman untuk perpanjangan pembayaran.

Pada paruh pertama tahun ini, Evergrande melaporkan kerugian sebesar 33 miliar yuan (sekitar US$ 4,53 miliar atau sekitar Rp 67,95 triliun) pada periode Januari-Juni, dibandingkan dengan kerugian 66,4 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain kerugian finansial, Evergrande juga telah mengalami kegagalan dalam membayar utang yang diperkirakan mencapai US$ 330 miliar (sekitar Rp 4.950 triliun). Perusahaan ini telah mengajukan perlindungan kebangkrutan bab 15 di pengadilan New York, AS.

Perdagangan saham Evergrande dibuka kembali setelah dihentikan selama 17 bulan. Harga saham langsung anjlok 87% pada hari pertama perdagangan kembali. Saham Evergrande sekarang hanya bernilai 22 sen Hong Kong, jauh lebih rendah dari harga sebelum dihentikan perdagangan pada Maret 2022.

Keputusan untuk melanjutkan perdagangan saham terjadi saat perusahaan melaporkan kerugian lebih kecil sebesar 39,25 miliar yuan ($5,38 miliar) selama enam bulan hingga Juni, dibandingkan dengan kerugian sebesar 86,17 miliar yuan pada periode yang sama tahun lalu.

Sumber: detik.com

Bagikan