Negara – Negara Berlomba Ke Bulan, Ini Penyebabnya

TAKARANEWS – Hampir setiap negara yang memiliki program luar angkasa kini berlomba-lomba untuk mencapai Bulan dan mengklaim posisi di kutub selatan Bulan. Salah satu berita terbaru adalah bahwa India telah berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasa di sana pada hari Rabu (23/8). Dengan prestasi ini, India menjadi negara keempat yang sukses mendaratkan wahana di Bulan, setelah AS, Uni Soviet, dan China. Selain itu, Badan Antariksa Nasional India (ISRO) juga berhasil mendaratkan wahana Chandrayaan-3 di dekat kutub selatan Bulan.

Keberhasilan ini merupakan pencapaian pertama bagi India dalam mendaratkan pesawat ruang angkasa di permukaan Bulan, serta menjadi pencapaian pertama bagi negara mana pun yang berhasil mendarat di wilayah kutub selatan Bulan yang menjadi pusat perhatian.

Seperti yang dilaporkan oleh NPR, kutub selatan Bulan memiliki daya tarik khusus. Negara yang berhasil mendarat di sana memiliki kesempatan untuk menjelajahi kawah-kawah gelap di kutub dengan harapan menemukan cadangan es yang berpotensi besar.

Penemuan Air di Bulan

Pada awal tahun 1960-an, sebelum pendaratan Apollo pertama, para ilmuwan meramalkan kemungkinan adanya air di Bulan. Namun, sampel yang dibawa oleh misi Apollo untuk dianalisis pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an tampaknya tidak menunjukkan adanya air.

Namun, pada tahun 2008, para peneliti dari Universitas Brown kembali memeriksa sampel tersebut dengan teknologi baru dan menemukan adanya hidrogen dalam partikel-partikel kecil kaca vulkanik. Pada tahun 2009, instrumen yang dipasang pada wahana Chandrayaan-1 milik ISRO dari India berhasil mendeteksi air di permukaan Bulan.

Pada tahun yang sama, wahana antariksa NASA lainnya yang mencapai kutub selatan juga menemukan keberadaan es di bawah permukaan Bulan. Misi NASA sebelumnya, yaitu Lunar Prospector pada tahun 1998, telah menunjukkan bahwa konsentrasi es tertinggi berada di kawah bayangan kutub selatan Bulan.

Pentingnya Air di Bulan

Para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki cadangan es purba di Bulan karena informasi ini dapat memberikan wawasan tentang sejarah gunung berapi Bulan, bahan yang dibawa oleh komet dan asteroid ke Bumi, serta asal usul lautan.

Apabila cadangan es ini tersedia dalam jumlah yang cukup, dapat digunakan sebagai sumber air minum untuk misi eksplorasi Bulan dan juga membantu dalam mendinginkan peralatan. Es juga dapat diuraikan menjadi hidrogen sebagai bahan bakar dan oksigen untuk bernafas, yang mendukung misi ke Mars atau kegiatan penambangan di Bulan.

Meskipun Perjanjian Luar Angkasa PBB tahun 1967 melarang negara untuk mengklaim kepemilikan Bulan, tidak ada ketentuan yang menghalangi aktivitas komersial di sana. Upaya yang diprakarsai oleh AS untuk mengembangkan prinsip-prinsip eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya Bulan, yang dikenal sebagai Perjanjian Artemis, telah diikuti oleh 27 negara. Namun, China dan Rusia belum menjadi pihak yang menandatangani perjanjian tersebut. Sumber: detik.com

Bagikan