SELAMA dua tahun terakhir, dunia tenis tidak hanya menguasai arena olahraga, tetapi juga dunia mode.
Dari pakaian atletik yang kini marak ditemukan di merek-merek papan atas seperti Skims hingga Miu Miu, hingga peran ikonik Zendaya sebagai pemain tenis yang beralih menjadi pelatih elite dalam film Challengers, tenis telah merambah ke berbagai aspek kehidupan kita.
Dan kini, bola tenis bahkan telah masuk ke dalam ruang tamu Anda dalam bentuk furnitur!
Baca juga : Desain Dapat sebagai Cara Mengurangi Limbah Plastik
Inilah karya inovatif dari Mathilde Wittock, seorang desainer asal Belgia yang ramah lingkungan. Wittock berhasil mengubah bola tenis bekas menjadi kursi dan bangku yang tidak hanya artistik, tapi juga berkelanjutan.
Bayangkan kursi malas modern tanpa bantalan biasa, tetapi justru ditopang oleh 500 bola tenis yang dipotong dan disusun dengan cermat. Atau bangku minimalis sepanjang satu meter yang diperkuat oleh 270 bola tenis yang kokoh.
Dilansir dari CNN Style, menurut Wittock, bola tenis memiliki umur yang sangat pendek meski proses pembuatannya sangat kompleks.
Baca juga : Diskon Menarik! Beli Furnitur di Informa dengan Promo Spesial BRI
“Ada sekitar 24 langkah yang diperlukan untuk memproduksi satu bola tenis, dan itu memakan waktu lima hari. Namun, masa pakainya sangat singkat,” ujar Wittock.
Sebagai seorang penggemar tenis, Wittock sadar betul tentang limbah yang dihasilkan olahraga ini.
Faktanya, setiap tahun sekitar 300 juta bola tenis diproduksi, dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah, membuatnya mencari solusi kreatif.
Baca juga : Pel Lantai Cerdas ini Punya Dua Fungsi
Bola tenis yang dibuang biasanya memakan waktu lebih dari 400 tahun untuk terurai. Misalnya, di AS Terbuka saja, sekitar 70.000 bola digunakan setiap tahunnya, sementara Wimbledon menghabiskan sekitar 55.000 bola. Bola-bola ini sering kali hanya digunakan untuk sekitar sembilan pertandingan sebelum gas di dalamnya menghilang, menyebabkan bola menjadi kempes.
Wittock membutuhkan waktu sekitar tiga hingga empat minggu untuk menyelesaikan satu furnitur. Setiap bola dipotong, diwarnai, dan disesuaikan dengan selera klien, menghasilkan karya yang tidak hanya unik, tetapi juga fungsional.
Ia telah melalui berbagai eksperimen untuk menemukan cara terbaik memanfaatkan bentuk bola tenis tanpa menghilangkan estetika ikoniknya.
Baca juga : 8 Keunggulan iPhone 16 yang Wajib Kamu Ketahui dan Perkiraan Harga Terbarunya
Namun, bagi Wittock, proyek ini bukan sekadar tentang menciptakan karya seni dari bahan daur ulang. Baginya, yang lebih penting adalah bagaimana karya tersebut nantinya dapat didaur ulang kembali.
“Saya adalah seorang desainer ramah lingkungan, dan bagi saya, desain berkelanjutan berarti harus melingkar. Jika bahan-bahannya tidak dapat digunakan kembali di akhir masa pakainya, itu bukan desain ramah lingkungan. Justru lebih buruk,” jelas Wittock.
Wittock, saat ini, menerima bahannya melalui sumbangan dari klub tenis. Ia dapat menghabiskan 1.800 bola tenis dalam seminggu.
Ketika furnitur ini mencapai akhir masa pakainya, Wittock dapat membongkar ratusan bola tenis tanpa merusak strukturnya, karena bola-bola tersebut dijalin tanpa menggunakan lem.
Setelah dibongkar, bulu bola tenis akan dibakar, dan karet di dalamnya dihancurkan untuk digunakan sebagai bahan tikar taman bermain yang kenyal.
Kini, Wittock menatap tantangan berikutnya. Ia ingin memperluas proyek daur ulang bola tenisnya ke Amerika Utara, tempat ribuan klub tenis yang menghasilkan limbah serupa.
“Ada banyak sekali minat di Amerika Serikat,” katanya. “Saya benar-benar berpikir untuk datang dan mulai mendaur ulang di sana.”
Di masa yang akan datang, bola-bola itu mungkin akan menjadi bagian dari furnitur di rumah Anda membawa sedikit sentuhan dari lapangan tenis ke dalam kehidupan sehari-hari Anda. (Z-1)