GERAKAN perlawanan Palestina Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menetapkan persyaratan baru. Itu dimasukkan Netanyahu dalam proposal gencatan senjata dan pertukaran sandera Gaza yang dinegosiasikan di Doha, Qatar.

“Usulan baru tersebut memenuhi persyaratan Netanyahu dan sejalan dengannya, khususnya penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan dari Jalur Gaza, dan desakannya untuk melanjutkan pendudukan di Persimpangan Netzarim (yang memisahkan utara dan selatan Jalur Gaza), penyeberangan Rafah, dan Koridor Philadelphia (di selatan),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Anadolu, Senin (19/8).

Netanyahu juga menetapkan persyaratan baru dalam berkas pertukaran sandera dan menarik kembali persyaratan lainnya, yang menghambat penyelesaian kesepakatan. Menyusul putaran perundingan terkini di Doha, Hamas menegaskan sekali lagi bahwa Netanyahu masih menempatkan hambatan-hambatan dalam upaya mencapai kesepakatan.

“Dia (Netanyahu) menetapkan syarat-syarat dan tuntutan-tuntutan baru untuk menyabotase upaya-upaya mediator dan memperpanjang perang,” tambah Hamas.

Gerakan tersebut menegaskan komitmennya terhadap apa yang disepakati pada 2 Juli, berdasarkan proposal yang didukung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Ia meminta para mediator untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan memaksa pendudukan (Israel) untuk melaksanakan apa yang telah disepakati. Pembicaraan gencatan senjata di Doha berakhir pada hari Jumat setelah mengajukan proposal yang mempersempit kesenjangan antara Israel dan Hamas yang konsisten dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Biden pada 31 Mei.

Biden mengatakan pada bulan Mei bahwa Israel mengajukan kesepakatan tiga tahap yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditawan di daerah kantong pantai tersebut. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan pembangunan kembali Gaza.

Israel telah menewaskan lebih dari 40 ribu warga Palestina sejak serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera. Tindakan Israel telah memicu bencana kemanusiaan dan persidangan yang sedang berlangsung atas dugaan genosida di Mahkamah Internasional.

Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran sandera-tahanan dan gencatan senjata, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata selama seminggu dan pertukaran sandera dengan imbalan tahanan Palestina berakhir pada 1 Desember. (I-2)

Sumber Link