Mengenal Crab Mentality, Sikap Iri dengan Kesuksesan Orang Lain

TAKARANEWS – Pernahkah Anda melihat seseorang yang selalu berusaha menjatuhkan atau menggagalkan orang lain untuk maju? Entah dengan memberikan komentar negatif, meremehkan, atau bahkan manipulasi. Apakah Anda pernah menjadi korban dari perilaku seperti ini? Atau bahkan mungkin Anda adalah orang yang dimaksud?

Fenomena yang dialami orang-orang seperti ini disebut dengan Crab Mentality atau mental kepiting. Mari kita simak penjelasannya di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang fenomena ini.

Pengertian Crab Mentality

Crab Mentality adalah analogi yang berasal dari tingkah laku kepiting yang ditempatkan di dalam ember. Jika ada satu kepiting yang mencoba keluar dari ember, maka kepiting lainnya akan berusaha menariknya agar jatuh kembali dan tidak berhasil keluar. Meskipun perilaku ini berdasarkan tingkah laku kepiting, kondisi serupa seringkali dialami oleh manusia.

Dalam manusia, perilaku ini dapat diidentifikasi sebagai perilaku egois dan tidak suka melihat orang lain sukses.

Singkatnya, mental kepiting ini dapat diartikan sebagai “Jika saya tidak bisa, maka orang lain juga tidak boleh bisa.”

Salah satu contoh dari mental kepiting yang pasti pernah kita alami adalah ketika ada teman yang ingin membolos dan mengajak kita untuk ikut. Jika kita menolak, dia akan berusaha dengan berbagai cara untuk meyakinkan kita untuk ikut, seperti dengan kata-kata persuasif atau sedikit manipulasi seperti “Ah, santai saja. Tidak akan ketahuan kok”, “Kamu kan tidak usah peduli”, “Tidak asyik jika kamu tidak ikut bolos.”

Di dunia kerja, contoh lainnya adalah ketika ada rekan kerja yang akan dipromosikan, maka “orang kepiting” akan menyebarkan desas-desus buruk agar rekan kerjanya tidak dipromosikan.

Beberapa faktor penyebab Crab Mentality antara lain adalah rasa iri dan rendahnya kepercayaan diri.

Bahaya Crab Mentality

Crab Mentality dapat sangat berbahaya bagi kita yang memiliki teman atau kerabat dengan mentalitas seperti ini. Hal ini dapat menghambat perkembangan diri kita dan menghalangi kita mencapai tujuan kita. Selain bagi kita yang menjadi “korban,” mental kepiting juga berbahaya bagi orang yang memilikinya dan mungkin saja kita termasuk di antaranya.

Mental kepiting dapat membahayakan kita karena kita akan menghambat diri untuk maju. Alih-alih menghadapi tantangan untuk mengembangkan diri, kita justru menghalangi kemajuan orang lain sebagai cara untuk memvalidasi diri kita yang tidak berani mengambil tantangan. Hal ini juga dapat mengganggu kerja sama dengan orang lain dan mengganggu kehidupan sosial kita.

Cara Menghindari Dampak Buruk Crab Mentality

Tentunya kita tidak ingin berhubungan dengan orang yang memiliki mentalitas kepiting ini. Maka sebaiknya kita memeriksa lingkaran pertemanan kita, apakah ada yang memiliki perilaku seperti ini? Jika ada, sebaiknya menjauhi orang tersebut atau jika tidak bisa menjauhinya, kita harus teguh pada pendirian kita agar manipulasi dan kritik dari orang tersebut tidak menghambat perkembangan diri kita.

Cara lain untuk menghindari orang dengan mental kepiting adalah dengan bersikap egois. Ironisnya, mental kepiting lahir dari keegoisan. Namun, dalam hal ini, egois berarti menyadari bahwa akhirnya kita hanya bisa mengandalkan diri kita sendiri. Kita harus fokus pada mencapai apa yang kita inginkan. Jika kita mengikuti omongan orang lain, terutama orang dengan mental kepiting, mereka tidak akan bertanggung jawab atas kegagalan kita mencapai tujuan kita.

Lalu, bagaimana cara agar kita tidak menjadi salah satu dari “orang kepiting”? Jawabannya cukup mirip dengan cara menghindari orang dengan mental kepiting, yaitu fokus pada diri sendiri. Ketika kita fokus pada diri sendiri, kita tidak akan terganggu oleh pencapaian orang lain yang bisa membawa kita pada tindakan menjatuhkan orang lain. Sebaliknya, kita dapat menggunakan pencapaian orang lain sebagai motivasi untuk maju, bukan untuk menjatuhkan mereka.

Kita harus menerima bahwa orang-orang seperti ini memang ada di dunia ini. Oleh karena itu, semoga kita dapat bijaksana dalam menghadapi setiap orang yang kita temui, karena bisa saja mereka merugikan kita. Namun, kita juga tidak menutup kemungkinan bertemu dengan orang yang dapat membantu kita mencapai apa yang kita inginkan.

Sumber: kompas.com

Bagikan