Sinergi Multipihak Diperlukan untuk Mencapai Transportasi Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Acara Accelerating Indonesia EV Ecosystem pada 17 September 2024 di Jakarta.(MI/HO)

DALAM rangka memperkuat transisi energi bersih, ENTREV dan RMI menyelenggarakan acara Accelerating Indonesia EV Ecosystem pada 17 September 2024 di Jakarta. Acara ini bertujuan untuk mendorong adopsi kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) secara masif dan berkelanjutan.

Deputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Infrastruktur serta Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, menjelaskan percepatan ekosistem kendaraan listrik merupakan langkah penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan memperkuat ketahanan energi nasional. 

Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin dalam transformasi menuju transportasi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Baca juga : Indonesia Targetkan Penggunaan Kendaraan Listrik secara Massal di 2030

“Pengembangan ekosistem EV yang kuat akan mempercepat langkah kita dalam mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060,” jelas Rachmat.

Joko Tri Haryanto dari BPDLH menyatakan percepatan ekosistem kendaraan listrik sangat penting untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Perlu adanya sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam membangun infrastruktur dan rantai pasok yang mendukung adopsi kendaraan listrik.

“BPDLH berperan aktif dalam mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai upaya mengurangi emisi. Kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya.

Baca juga : Pemerintah akan Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik

Project Coordinator dari ENTREV Eko Adji Buwono juga berbicara mengenai pentingnya mempercepat adopsi EV, terutama melalui program konversi sepeda motor konvensional menjadi listrik. Motor konvensional mampu mendorong percepatan EV di Indonesia. 

“Program konversi ini bukan hanya membantu dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga dapat mempercepat pencapaian target pemerintah dalam transisi energi bersih,” ungkapnya.

Managing Director of Carbon Free Transportation RMI Clay Stranger menekankan perlunya membangun infrastruktur yang tangguh dan mendukung pertumbuhan kendaraan listrik di seluruh wilayah Indonesia. 

Baca juga : Menhub: Kendaraan Listrik di IKN mulai Beroperasi Agustus 2024

“Pengembangan stasiun pengisian daya dan rantai pasok baterai lokal adalah kunci keberhasilan transisi ini. Dengan infrastruktur yang tepat, kita dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memaksimalkan penggunaan energi terbarukan,” jelasnya.

Managing Director of Global South Program RMI Justin Locke menilai Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki tanggung jawab besar dalam mitigasi perubahan iklim. 

“Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam transformasi energi, terutama di kawasan Selatan Global. Kolaborasi yang solid antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas global sangat penting untuk mencapai target iklim dan menciptakan model yang dapat diikuti negara lain,” tambah Justin.

Baca juga : Kendaraan Listrik jadi Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan

Wakil Ketua Electric Mobility Ecosystem Association (AEML) Patrick Adhiatmadja menyampaikan pentingnya kebijakan insentif pemerintah untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik. Dengan insentif yang tepat, seperti penghapusan pajak dan diskon harga untuk pembelian dan konversi kendaraan listrik maka mampu mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

“Kita dapat melihat pertumbuhan signifikan dalam penggunaan kendaraan listrik, terutama roda dua. Saat ini, kendaraan listrik roda dua sudah mendominasi pasar EV di Indonesia, dan kami yakin pertumbuhan ini akan terus meningkat,” katanya.

Dengan adopsi kendaraan listrik yang semakin luas, Indonesia tidak hanya akan berkontribusi pada upaya global untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga memperkuat ekonomi domestiknya melalui penciptaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan, manufaktur baterai, dan infrastruktur pendukung lainnya. (Z-1)



Sumber Link