PERNYATAAN Menteri Kemananan Nasional Israel Ben Gvirr memperkuat narasi bahwa situs suci umat Islam dan simbol nasional Palestina berada di bawah ancaman. Bahkan dia telah berulang kali mengabaikan larangan lama pemerintah Israel terhadap orang Yahudi untuk berdoa di situs tersebut.

Kompleks Al-Aqsa ialah situs tersuci ketiga umat Islam dan simbol identitas Palestina. Hal ini juga dianggap oleh orang Yahudi sebagai situs Kuil Pertama dan Kedua atau yang terakhir dihancurkan oleh Romawi pada 70 M.

“Jika saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan, saya akan memasang bendera Israel di situs tersebut,” kata Ben-Gvir dalam wawancara. “Ya,” kata Ben-Gvir ketika ditanya beberapa kali oleh seorang jurnalis terkait dia akan membangun sinagoga di lokasi tersebut.

Berdasarkan status quo yang berlaku selama beberapa dekade yang dipertahankan oleh otoritas Israel, orang-orang Yahudi dan non-Muslim lain diizinkan mengunjungi kompleks tersebut di Jerusalem Timur yang diduduki pada jam-jam tertentu. Namun, mereka tidak diizinkan untuk berdoa di sana atau menampilkan simbol-simbol keagamaan.

Ben-Gvir juga dikritik oleh beberapa orang Yahudi Ortodoks yang menganggap situs tersebut terlalu suci untuk dimasuki orang Yahudi. Menurut para rabi terkemuka, setiap orang Yahudi dilarang memasuki bagian mana pun dari Al-Aqsa karena kesuciannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, pembatasan di kompleks tersebut semakin banyak dilanggar oleh kelompok nasionalis religius garis keras seperti Ben-Gvir yang terkadang memicu konfrontasi dengan warga Palestina. Dulunya dianggap sebagai gerakan pinggiran, kampanye untuk membangun Kuil Ketiga di Al-Aqsa kini berkembang di Israel.

Banyak warga Palestina melihat hal serupa dengan yang terjadi di Hebron, tempat Masjid Ibrahimi, yang juga dikenal sebagai Gua Para Leluhur.

Sejak menjabat pada Desember 2022, Ben-Gvir, sebagai menteri keamanan nasional, telah mengunjungi situs suci tersebut setidaknya enam kali dan menuai kecaman keras. Kompleks Masjid Al-Aqsa dikelola oleh Yordania, tetapi akses ke situs itu sendiri dikendalikan oleh pasukan keamanan Israel.

Ben-Gvir mengatakan kepada Radio Angkatan Darat bahwa orang Yahudi harus diizinkan untuk berdoa di kompleks tersebut. “Orang Arab bisa salat di mana pun mereka mau. Jadi orang Yahudi seharusnya bisa salat di mana pun mereka mau,” katanya seraya mengeklaim bahwa kebijakan saat ini mengizinkan orang Yahudi untuk salat di tempat tersebut.

Beberapa politisi Yahudi ultra-Ortodoks sebelumnya mengecam upaya Ben-Gvir untuk mendorong salat Yahudi di Al-Aqsa. Salah satunya, Menteri Dalam Negeri Moshe Arbel sebelumnya menyebut komentar Ben-Gvir mengenai subjek tersebut sebagai penghujatan.

“Larangan doa Yahudi di Bukit Bait Suci ialah sikap semua tokoh besar Israel selama beberapa generasi,” ujarnya.

Berbahaya

Yordania membalas pernyataan terbaru Ben-Gvir. “Al-Aqsa dan tempat-tempat suci ialah tempat ibadah murni bagi umat Islam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania Sufian Qudah dalam suatu pernyataan.

“Yordania akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghentikan serangan terhadap tempat-tempat suci dan sedang mempersiapkan berkas hukum yang diperlukan untuk mengambil tindakan di pengadilan internasional terhadap serangan terhadap tempat-tempat suci,” kata Qudah.

Beberapa pejabat Israel juga mengecam Ben-Gvir. Sementara pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan tidak ada perubahan terhadap kebijakan saat ini.

“Menantang status quo di Temple Mount ialah tindakan yang berbahaya, tidak perlu, dan tidak bertanggung jawab,” kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant di X. “Tindakan Ben-Gvir membahayakan keamanan nasional Negara Israel,” sebutnya.

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan bahwa komentar Ben-Gvir yang berulang kali menunjukkan bahwa Netanyahu kehilangan kendali atas pemerintahannya.

Juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh memperingatkan bahwa Al-Aqsa dan tempat-tempat suci ialah garis merah yang tidak akan diizinkan untuk disentuh sama sekali.

Hamas, yang terlibat perang sengit dengan Israel di Jalur Gaza, mengatakan komentar menteri tersebut berbahaya dan meminta negara-negara Arab dan Islam untuk mengambil tanggung jawab melindungi tempat-tempat suci.

Kementerian Luar Negeri Mesir meminta Israel untuk mematuhi kewajibannya sebagai kekuatan pendudukan dan menghentikan pernyataan provokatif yang bertujuan meningkatkan ketegangan. Demikian dilaporkan Ahram Online Mesir.

“Pernyataan-pernyataan ini menghambat upaya mencapai gencatan senjata dan gencatan senjata di Jalur Gaza serta menimbulkan ancaman serius terhadap masa depan penyelesaian akhir masalah Palestina yang didasarkan pada solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina merdeka sepanjang perbatasan 4 Juni 1967 dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata pernyataan itu.

Pernyataan pada Senin (26/8) muncul kurang dari dua minggu setelah Ben-Gvir memicu kemarahan otoritas Palestina dengan mengunjungi kompleks tersebut bersama ratusan pendukungnya, banyak dari mereka tampaknya berdoa secara terbuka yang bertentangan dengan aturan status quo. (Aljazeera/Z-2)

Sumber Link