Ini Alasan Penemu Nikuba Tidak Ingin Dibantu BRIN

TAKARANEWS – Alat konversi air menjadi bahan bakar yang disebut Nikuba, yang dikembangkan oleh Aryanto Misel, belum diuji secara ilmiah oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ketika dihubungi oleh BRIN, Aryanto dikatakan tidak merespons.

Dadan Nugraha, Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, mengungkapkan bahwa BRIN telah mengunjungi Aryanto Misel di Cirebon, Jawa Barat sejak pertengahan Mei 2022. Pada saat itu, Nikuba mendapat perhatian publik, dan BRIN membuka komunikasi dengan Nikuba untuk diuji secara ilmiah.

“Saya datang ke sana bukan untuk hal teknis, tetapi untuk membuka komunikasi dan menawarkan bantuan untuk pengujian. Jadi, kami belum memulai proses pengujian atau membuat kesimpulan apakah Nikuba benar-benar dapat mengubah energi air menjadi listrik atau masih memerlukan bahan bakar lain. BRIN belum melakukan pengujian,” kata Dadan di Jakarta Pusat.

Seperti yang diketahui, Nikuba mendapat sorotan publik ketika dilibatkan dalam kerja sama dengan penyedia energi Ferrari dan Lamborghini. Nikuba dibawa ke Italia oleh perusahaan PT Octagon Precisius Indonesia yang berbasis di Italia.

Selama setahun terakhir, BRIN menyatakan telah mengajak Aryanto Misel, penemu Nikuba, tetapi Aryanto mengaku tidak ingin dibantu. Saat ini, lembaga pemerintah tersebut sedang menunggu respons Aryanto Misel.

“Selama beberapa kali wawancara media, beliau bertemu dengan beberapa pejabat BRIN, termasuk Wakil Kepala. Sampai saat ini, belum ada rencana kerjasama lanjutan antara Aryanto Misel dengan BRIN. Kami berharap ada kesempatan untuk melanjutkan komunikasi yang sudah ada sebelumnya,” tambahnya.

Dadan menyatakan bahwa hingga saat ini, BRIN belum secara resmi mengundang Aryanto Misel untuk melakukan pengujian setelah kunjungan pada Mei 2022. Namun, BRIN tetap membuka pintu bagi inovasi yang dikembangkan oleh anak bangsa.

“Prinsipnya, kapan pun Aryanto Misel bersedia, kami sangat terbuka. Seperti yang telah disampaikan oleh Kepala BRIN, jika ada kesempatan untuk melanjutkan komunikasi yang sudah ada sebelumnya, kami siap,” kata Dadan.

Menurutnya, berdasarkan cerita dari Aryanto Misel, Aryanto telah menutup diri setelah pernyataan dari peneliti BRIN mengenai cara kerja Nikuba.

“Saat saya bersilaturahmi dengan Aryanto Misel, kami membuka komunikasi. Kami berdiskusi, namun beliau mengatakan bahwa sebelumnya ada pernyataan dari peneliti BRIN yang kurang menyenangkan baginya. Menurut ceritanya kepada saya, beliau menutup diri dan tidak ingin dibantu,” katanya.

“Aku melihat Nikuba dipasang pada motor sendiri, tetapi aku tidak dapat menjelaskan lebih dalam tentang bagian dalamnya,” tambahnya.

Beberapa waktu yang lalu, DetikOto telah menghubungi Aryanto Misel mengenai Nikuba di Italia, namun belum mendapatkan respons darinya.

Detikcom juga pernah mengunjungi kediaman Aryanto Misel di Cirebon pada tahun 2022. Pada saat itu, Aryanto menjelaskan cara kerja alat buatannya. Menurut Aryanto, Nikuba berfungsi untuk memisahkan hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung dalam air (H2O) yang dimasukkan ke dalam alat tersebut.

“Alat ini dapat menghasilkan hidrogen dari air. Namun, air yang digunakan harus bebas dari logam berat. Air yang dimasukkan ke dalam alat akan mengalami elektrolisis dan terbagi menjadi hidrogen (H2) dan oksigen (O2),” katanya.

“Hidrogen (H2) akan dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan, sementara oksigen (O2) akan mengalami elektrolisis lagi untuk menjadi hidrogen yang kembali dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan,” tambah Aryanto.

Dikutip dari detikJabar, Nikuba buatan Aryanto Misel telah dipasang pada sekitar 31 kendaraan dinas milik TNI. Salah satunya dipasang pada kendaraan dinas milik anggota TNI dari Koramil Lemahabang, Serda Muhammad Sutami.

Saat ditemui di kediamannya di Kabupaten Cirebon, Serda Sutami mengungkapkan pengalamannya menggunakan Nikuba buatan Aryanto. Serda Sutami mengatakan bahwa ia telah menggunakan alat tersebut selama sekitar empat hari.

“Dengan dipasangnya alat Nikuba ini, sangat membantu saya dalam menjalankan tugas sebagai Babinsa,” kata Serda Sutami.

Sejak alat tersebut dipasang pada kendaraan dinasnya, Sutami mengaku tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Namun, masih menyimpan BBM di tangki kendaraannya sebagai cadangan jika terjadi masalah dengan Nikuba buatan Aryanto.

Pada tahun 2022, beberapa peneliti mengemukakan pendapat mereka mengenai Nikuba. Deni Shidqi Khaerudini, seorang peneliti ahli madya dari Pusat Riset Material Maju BRIN, memberikan tanggapan terhadap Nikuba. Masyarakat perlu bersikap skeptis dan kritis terhadap kemunculan Nikuba atau alat serupa.

“Tentu saja, setiap karya inovasi perlu didukung. Tetapi, lebih baik untuk menghindari klaim berlebihan,” kata Deni Shidqi Khaerudini saat berbicara kepada detikcom.

Menurutnya, dalam proses elektrolisis, dibutuhkan banyak energi listrik. Electrolyzer dengan efisiensi 100 persen membutuhkan 39,4 kWh energi listrik untuk menghasilkan 1 kg hidrogen. Motor memiliki kapasitas penyimpanan energi listrik sekitar 60 Wh. Jika diasumsikan efisiensi 100 persen, motor konversi elektrolisis hanya mampu menghasilkan energi sebesar 0,216 MJ atau 0,06 kWh sebelum baterainya habis. Jika dibandingkan dengan kebutuhan energi sebesar 39,4 kWh, hasil energi yang dihasilkan sebesar 0,06 kWh sangatlah kecil.

“Dalam hal elektrolisis hidrogen, ini adalah proses yang sangat boros energi dan tidak bisa menjadi alternatif yang lebih baik daripada bensin untuk mesin pembakaran dalam. Jika hidrogen digunakan, itu harus melalui konversi lain, seperti sel bahan bakar dan motor listrik,” kata Deni.

Profesor riset BRIN, Eniya Listiani Dewi, juga memberikan tanggapan terhadap Nikuba yang dikembangkan oleh Aryanto. Dia mengatakan bahwa Nikuba tidak dapat sepenuhnya menggantikan BBM dengan air. Namun, dengan Nikuba, penggunaan BBM dapat lebih efisien sekitar 3-20%. Meskipun Nikuba dipasang pada sepeda motor, Eniya menegaskan bahwa kendaraan tetap menggunakan BBM.

“Penggunaan Nikuba dapat meningkatkan pembakaran di ruang bakar mesin kendaraan. Namun, BBM masih digunakan, jadi Nikuba bukan pengganti BBM. Tapi itu dapat memperbaiki pembakaran di ruang bakar. Itulah yang dapat saya jelaskan tentang temuan tersebut,” ujar Eniya.

Dalam wawancara televisi yang diunggah ke media sosial di akun Instagram bernama Undercover, Aryanto juga menyatakan kekecewaannya terhadap BRIN dan pemerintah. Dia merasa diucilkan oleh pemerintah dan BRIN dalam hal Nikuba. Aryanto juga menyatakan bahwa dia tidak akan menerima bantuan dari pihak mana pun.

“Aku tidak membutuhkan mereka. Aku sudah dihabisi, Pak. Aku tidak mau,” jawabnya ketika ditanya tentang peran pemerintah dan BRIN dalam mendukung pengembangan Nikuba.

Aryanto juga menyatakan bahwa dia tidak keberatan menjual temuannya kepada pihak asing. Dia juga menolak didanai oleh pihak mana pun.

Sumber: detik.com

Bagikan